WAKON Hadir sebagai Grup Musik Techno Baru dari Jepang

foto/istimewa

Sekilas.coWakon adalah duo musik elektronik asal Tokyo, Jepang, yang resmi debut pada 8 April lalu. Mereka bernaung di bawah label Dento, sebuah proyek kreatif yang didirikan oleh Sadamasa Yamanaka, seorang creative director sekaligus DJ, yang memiliki visi untuk menghubungkan budaya tradisional Jepang dengan modernitas global, khususnya pengaruh seni urban Barat.

Berbeda dengan grup musik elektronik kebanyakan, Wakon mengusung genre techno dengan karakter unik: mereka tetap menjadikan budaya Jepang sebagai identitas utama dalam musik dan persona. Sekilas melihat penampilan mereka di atas panggung, publik langsung bisa menebak bahwa mereka datang dari Jepang. Duo ini tampil anonim, mengenakan topeng tradisional Jepang, busana serba hitam, serta pelengkap khas berupa kaos kaki tabi dan geta (bakiak tradisional Jepang).

Dengan konsep tersebut, Wakon menargetkan audiens global. Membayangkan mereka tampil di festival internasional, publik akan langsung menangkap nuansa “Jepang” dari visual, persona, hingga musik yang mereka usung. Dalam industri musik modern, bukan hanya karya yang berbicara, tetapi juga vibe, estetika, dan seni visual yang membentuk daya tarik sebuah proyek. Wakon menjawab kebutuhan itu dengan memadukan tradisi dan minimalisme modern menjadi sebuah identitas urban Jepang yang relevan dengan selera masa kini.

Lewat akun Instagram mereka, Wakon juga menegaskan image sebagai musisi anonim dengan selera seni otentik. Selalu tampil dengan topeng tradisional, mereka memperlihatkan paduan harmonis antara tradisi dan modernitas, menciptakan culture fusion lintas waktu yang terasa segar. Konsep musisi anonim bukan hal baru, kita mengenal Marshmello dari Amerika hingga duo legendaris Daft Punk dari Paris, namun Wakon mengaku terinspirasi Daft Punk sembari menciptakan sesuatu yang benar-benar orisinal dari tanah kelahiran mereka sendiri, dengan memanfaatkan kekayaan budaya Jepang sebagai sumber kreativitas.

Debut mereka ditandai dengan rilis single “Tokyo is Dying”, sebuah track techno, deep house yang tak hanya mengusung irama repetitif minimalis, tetapi juga membawa pesan mendalam: tentang stagnasi ekonomi Jepang selama tiga dekade terakhir, tentang Tokyo yang terus terjebak dalam siklus komersialisasi dan globalisasi, menghancurkan yang lama untuk kemudian menciptakan yang baru tanpa henti. Lirik tak hadir dalam bentuk kata, tetapi disampaikan melalui atmosfer musik yang melankolis sekaligus intens.

“Tokyo is Dying” dimulai dengan bunyi instrumen tradisional Jepang yang dijadikan statement beat, kemudian dilanjutkan dengan pola repetitif yang diiringi snare berakselerasi stabil. Alih-alih menjejali musik dengan banyak layer, Wakon memilih menjaga kesederhanaan aransemen agar setiap detail beat bisa membangun perasaan mendalam bagi pendengarnya.

Di tengah tren house yang ramai dan penuh warna, Wakon justru menawarkan pendekatan berbeda, kembali ke kesederhanaan minimalis yang menenangkan pikiran. Musik mereka bukan tentang kompleksitas, melainkan tentang esensi, atmosfer, dan emosi yang muncul saat mendengarkannya. Dengan pendekatan ini, Wakon menempatkan diri sebagai salah satu proyek musik elektronik Jepang yang paling menjanjikan di kancah global.